Sumber
air yang ada di muka bumi salah satunya dapat dipenuhi dari keberadaan mata
air. Masalahnya, mata air di Indonesia saat ini mengalami penurunan, baik dari
segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Setiap tahun ada bencana kekeringan
di berbagai wilayah di Indonesia. Berdasarkan pengamatan di daerah Solo Raya
(Wonogiri, Klaten, Sragen, Boyolali, Karanganyar dan Surakarta) penurunan
jumlah mata air di wilayah ini sebesar 54%.
Salah
satu upaya perlindungan dan pelestarian mata air tersebut dapat dilakukan
dengan teknik vegetatif atau menanam pohon di sekitarnya, terutama di area
imbuhan (recharge area). Keberadaan pohon sebagai ekosistem hutan,
selain sebagai perlindungan mata air juga dapat berfungsi sebagai penyanggga
tanah dari bahaya erosi dan tanah longsor.
Untuk
itu diperlukan pemilihan jenis pohon yang sesuai dengan kondisi fisik lapangan
diantaranya adalah jenis batuan induk dan tinggi tempat (elevasi). Hal ini
perlu diperhatikan karena tidak semua jenis pohon dapat tumbuh pada setiap
batuan induk, dan memiliki persyaratan tumbuh yang spesifik.
Apa itu mata air?
Mata
air secara bahasa memiliki arti tempat air yang mengalir dari batuan atau tanah
ke permukaan tanah secara alamiah (KBBI, 2016). Dalam ilmu hidrogeologi, mata
air adalah suatu titik atau kadang-kadang suatu areal kecil tempat air tanah
muncul dari suatu akuifer (atau pelepasan air dari akuifer) ke permukaan tanah
(Bear, 1979 dalam Kodoatie, 2012). Secara umum mata air dapat diartikan sebagai
aliran air yang keluar dari dalam tanah menuju ke permukaan tanah.
Aliran
tersebut bisa bersumber dari air tanah dangkal maupun dari air tanah dalam.
Proses terjadinya mata air dimulai dari peresapan air permukaan ke dalam tanah
menjadi air tanah, selanjutnya air tanah mengalir melalui retakan dan atau
celah di dalam tanah sehingga membentuk aliran bawah tanah. Mata air bisa
muncul ke permukaan tanah akibat terbatasnya akuifer karena mengalami tekanan.
Pada prinsipnya proses
terjadinya mata air ini terdiri atas tiga tahap, yaitu adanya air permukaan,
meresapnya air ke dalam tanah menjadi air tanah, dan yang terakhir adalah air
yang memancar ke permukaan tanah dari dalam tanah. Sebab memancarnya air tanah
dari dalam tanah menuju ke permukaan tanah karena terbatasnya akuifer, dan juga
karena permukaan air tanah berada di elevasi yang lebih tinggi dari tempat
keluarnya air. Sehingga di permukaan bumi akan terlihat air yang memancar dari
dalam tanah. Inilah yang disebut dengan mata air.
Jenis-jenis pohon pelindung air berdasarkan ketinggian dan jenis tanah (Sumber: Forest Digest) |
Pentingnya perlindungan mata air
Perlindungan mata air tidak hanya dilakukan
pada mata air (spring protection), tetapi juga pada
area sekitar mata air (springshed protection)
yang merupakan daerah imbuhan air tanah. Penamanaman pohon sebagai salah satu
upaya untuk perlindungan dan pelestarian mata air memiliki tujuan untuk
melindungi titik mata air (spring) dari semua
zat pencemar dan kerusakan akibat adanya aktivitas manusia/binatang. Sedangkan
penanaman di area imbuhan air tanah diharapkan membantu meresapkan air hujan ke
dalam tanah yang dalam jangka panjang dapat mengisi akuifer,
sebagai salah satu sebab lestarinya mata air.
Pengaruh pohon
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan
menjadi sumber bagi terisinya akuifer. Pengisian air tanah pada akuifer sangat
dipengaruhi oleh vegetasi atau tutupan lahan di atasnya. Keberadaan pohon atau
suatu vegetasi akan memberikan pengaruh yang menguntungkan terhadap proses
meresapnya air ke dalam tanah (infiltrasi). Pohon
beserta ekosistemnya memiliki lapisan tajuk yang berstrata, serta ekosistem
lantai hutan (serasah, tanaman bawah dan lapisan humus), akan kondusif bagi air
hujan untuk meresap ke dalam lapisan tanah.
Tajuk
pohon berfungsi menahan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah (presipitasi)
melalui proses intersepsi. Proses ini dapat melindungi permukaan tanah dari
energi kinetis butir air hujan yang dapat menyebabkan erosi percik. Setelah
tajuk jenuh air, air hujan akan menetes sebagai air lolosan dan sebagian
mengalir melalui batang pohon sampai ke tanah (aliran batang). Selanjutnya air
akan meresap ke dalam tanah secara perlahan-lahan melalui akar pohon dan
pori-pori tanah menjadi air simpanan. Pada proses ini serasah mempunyai peranan
penting dalam mengurangi aliran permukaan dan meningkatkan infiltrasi (suplesi
air).
Lahan dengan pohon-pohon yang memiliki kanopi
rimbun dan rapat bisa menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban daerah
sekitarnya (iklim mikro). Di bawah tajuk pohon yang rimbun, umumnya dipenuhi
tumbuhan bawah dan serasah. Serasah pohon memiliki fungsi menyimpan air
sementara dan secara berangsur melepaskannya ke tanah bersama dengan bahan
organic yang larut untuk perbaikan struktur tanah dan menaikkan kapasitas
peresapan.
Apabila lapisan serasah tidak ada, tetesan
air hujan akan memadatkan tanah dan kapasitas peresapan berkurang. Dengan
demikian ada keseimbangan yang diperoleh dari keberadaan pohon, meskipun
sesungguhnya aliran air total berkurang akibat proses intersepsi dan besarnya
penguapan air melalui proses evapotranspirasi. Berbeda halnya dengan lahan kritis atau tanah kosong, pengisian air
tanah lebih kecil sebagai akibat dari besarnya air larian. Laju penguapan air
tanah pada tanah kosong juga tidak sebanding dengan laju naiknya air dari
bawah, sehingga tanah menjadi lebih cepat kering.
Di mata air yang mati biasanya tak ditemukan lagi pohon di sekitarnya, meskipun tidak menjadi satu-satunya alasan penyebab kekeringan mata air, dikarenakan ketiadaan pohon pada daerah sekitar mata air masih sangat diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. Ketiadaan pohon tersebut dikarenakan beberapa hal di antaranya adanya konversi lahan menjadi lahan pertanian dan tanaman mati karena umur yang sudah tua.
Indeks nilai penting pohon yang mampu melindungi mata air (Sumber: Forest Digest) |