Sebagai negara pesisir,
kita pasti sering atau paling tidak, pernah mendengar kata Mangrove. Mulai dari fungsinya
sebagai pencegah abrasi pantai hingga Indonesia sebagai negara yang memiliki
keragaman jenis mangrove yang tinggi, tak jarang terngiang di telinga.
Berikut, 7 fakta menarik seputar
mangrove yang SilvaNesia kutip dari Mongabay Indonesia, guna memperingati Hari
Mangrove Sedunia yang dirayakan setiap 26 Juli.
1.
Asal kata
mangrove
Sebagaimana
ditulis dalam Buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia terbitan Wetlands
International-Indonesia Programme, asal kata mangrove memang tidak
diketahui secara baku.
Macnae
(1968) menyebutkan, kata mangrove perpaduan antara Bahasa Portugis mangue dan
Bahasa Inggris. Sementara menurut Mastaller (1997), kata mangrove berasal dari
bahasa Melayu kuno mangi-mangi yang digunakan untuk
menerangkan marga Avicennia dan digunakan hingga sekarang di
Indonesia bagian timur.
Meski
beberapa ahli mendefinisikan mangrove dengan berbagai versi, namun pada
dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989)
mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut
dan juga sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi
tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai tropis dan subtropis yang
terlindung (Saenger, dkk, 1983).
Sementara
Soerianegara (1987), mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh
pada tanah lumpur aluvial pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut, serta terdiri berbagai jenis pohon Aicennia, Sonneratia,
Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras,
Scyphyphora dan Nypa.
Hal
terpenting menurut Wightman (1989) yang lebih penting untuk diketahui pada saat
bekerja dengan komunitas mangrove adalah menentukan mana yang termasuk dan mana
yang tidak termasuk mangrove. Dia menyarankan seluruh tumbuhan vaskular yang
terdapat di daerah yang dipengaruhi pasang surut termasuk mangrove.
Isitilah
mangrove secara umum digunakan juga untuk menunjuk habitat. Dalam beberapa hal,
mangrove digunakan untuk merujuk jenis tumbuhan, termasuk jenis-jenis tumbuhan
yang terdapat di pinggiran mangrove seperti formasi Barringtonia dan Pes-caprae.
2.
Penyebaran mangrove
di 124 negara
Mangrove tumbuh di 124 negara tropik dan subtropik dengan luasan
di dunia sekitar 15,2 juta hektare. Indonesia bersama empat negara lainnya
(Australia, Brasil, Nigeria, dan Mexico) mewakili 48% dari luasan hutan
mangrove dunia. Luasan mangrove di Brasil diperkirakan 1,3 juta ha, Nigeria
(1,1 juta ha), dan Australia (0,97 juta ha), berdasarkan penelitian Spalding,
dkk, tahun 1997.
3.
Indonesia
pemilik 25 persen luasan mangrove dunia
Pada
Konferensi Internasional Ekosistem Mangrove Berkelanjutan, di Bali, 18 April
2017, Menteri
Lingkungan Hidup dan kehutanan Siti Nurbaya dalam
sambutannya menuturkan, berdasarkan data One Map Mangrove, luas
ekosistem mangrove Indonesia 3,5 juta hektare yang terdiri dari 2,2 juta ha di
dalam kawasan dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove. Ekosistem mangrove
tersebut berada di 257 kabupaten/kota yang sebagian besar ekosistemnya telah
mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut disebabkan konversi
lahan menjadi area penggunaan lain, perambahan, hama dan penyakit, pencemaran
dan perluasan tambak, serta praktik budidaya yang tidak berkelanjutan.
4.
Indonesia
kaya jenis mangrove
Berdasarkan
Buku Panduan
Pengenalan Mangrovre di Indonesia, Indonesia
memiliki sekitar 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 44 jenis
herba tanah, 44 jenis epifit, 19 jenis pemanjat, 5 jenis palma, dan 1 jenis
paku.
Dari 202
jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu)
ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove). Sementara jenis lain,
ditemukan di sekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (associate
asociate).
Di
seluruh dunia, berdasarkan penelitian Saenger, dkk (1983) ada sebanyak 60 jenis
tumbuhan mangrove sejati.
5.
Berus
mata buaya, mangrove langka yang tumbuh di Indonesia
Tumuk
putih atau berus mata buaya (Bruguiera hainesii) merupakan mangrove yang
sebelumnya hanya diketahui tumbuh di tiga negara. Jumlahnya hanya 203 pohon,
yaitu di Singapura terdapat 3 pohon, di Malaysia tumbuh 80 pohon, dan di Papua
Nugini sekitar 120 pohon.
Sebagaimana
keterangan dari Sahabat Masyarakat Pantai (Sampan)
Kalimantan yang meneliti jenis ini, awal 2017, berus mata buaya
ditemukan di Teluk Pari Tanjung Terong, Desa Tanjung Harapan, Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Spesies ini hidup pada substrat lumpur berpasir.
Gambar 1.
Berus mata buaya, mangrove langka
yang hidup di wilayah pesisir Padang Tikar, Desa Tanjung Harapan, Kubu Raya,
Kalimantan Barat.
6.
Mangrove adalahpenyerap karbon luar biasa
Peneliti
senior dari Center for International Forestry
Research (CIFOR),
Daniel Murdiyarso, dalam risetnya (Murdiyarso et al., 2015), menjelaskan bila
hutan mangrove Indonesia menyimpan lima kali karbon lebih banyak per hektare,
dibanding hutan tropis dataran tinggi.
Mangrove
Indonesia juga menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon (PgC). Sedangkan bagian
bawah ekosistem menyimpan karbon sebesar: 78% karbon dalam tanah, 20% karbon di
pohon hidup, akar atau biomassa, dan 2% di pohon mati atau tumbang.
Berdasarkan
informasi dari CIFOR, mengenai Mangrove Indonesia: Berkas fakta:
Kekayaan nasional dalam ancaman, disebutkan sekitar 3 juta hektare hutan mangrove tumbuh di
sepanjang 95.000 kilometer di pesisir Indonesia.
7.
Buah
mangrove dapat diolah
Tulisan
Dyah Ilminingtyas W.H, Dosen Teknologi Pangan UNTAG, Semarang, mengenai Potensi
Buah Mangrove Sebagai Alternatif Sumber Pangan di Mangrove Magz.com, menunjukkan bila mangrove dapat diolah.
Buah
mangrove jenis lindur (Bruguiera gymnorrhiza) yang secara tradisional
diolah menjadi kue, dicampur nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa
(Sadana, 2007) ternyata mengandung energi dan karbohidrat cukup tinggi.
Penelitian
yang telah dilakukan Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Badan Bimas
Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Timur (Fortuna, 2005) menunjukkan, kandungan
energi jenis ini 371 kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras (360 kalori
per 100 gram), atau jagung (307 kalori per 100 gram). Sedangkan kandungan
karbohidratnya sebesar 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras (78.9
gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram). Bruguiera
gymnorrhiza memiliki nama lokal lindur (Jawa dan
Bali), kajang-kajang (Sulawesi), aibon (Biak), dan mangi-mangi (Papua). Jenis
ini akan berbuah sepanjang tahun dengan ketinggian pohon hingga 35 meter.
Untuk mempermudah kamu bermain guys ajoqq menghadirkan 7 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
BalasHapusdimana lagi kalau bukan di ajoqq,,, WA : +855969190856
website : AJOPK.ORG