PEMANFAATAN BAMBU SEBAGAI UPAYA MENUJU DESA HAYATI DI DESA JRAHI KECAMATAN GUNUNGWUNGKAL

 

oleh:

Agus Sumadi, S.Hut

Penyuluh Kehutanan Ahli Muda (CDK Wilayah II)



BAB I. PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Desa Jrahi berada di Kecamatan Gunungwungkal mempunyai luas wilayah 478Ha sebelah utara berbatasan dengan Desa Sentul Kecamatan Cluwak Selatan dengan Desa Gulangpongge sebelah barat berbatasan dengan Wilayah Hutan Negara, dan timur berbatasan dengan Desa GilingJarak Desa Jrahi dengan pusat Kabupaten Pati sekitar 44 km.

 


Biofisik Desa Jrahi

Topografi cukup berat (bergunung), drainase rata-rata cukup baik dengan jenis tanah mediteran coklat dan latosol merah dari bahan abu vulkanik dengan PH tanah rata-rata 5,5 s/d 6,5.

Suhu udara berkisar 22 s/d 23 C, termasuk rezim suhu panas dengan perbedaan musim penghujan (Oktober–Maret) dan musim kemarau (April–September) cukup tegas. Curah hujan rata-rata 4 tahun terakhir adalah 982,4 mm dengan jumlah hari hujan 141 hari. Pembagian bulan basah, bulan lembab dan bulan kering sebagai berikut:

a.    Bulan basah (> 200 mm) terjadi pada bulan Januari s/d Desember.

b.    Bulan lembab (100 s/d 200 mm) terjadi pada bulan April s/d Nopember.

c.    Bulan kering (< 100 mm) terjadi pada bulan Juli s/d Oktober.

 


Bambu di Desa Jrahi

Bambu merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan (Widjaja dan Karsono, 2005). Pemanfaatan bambu secara konvensional antara lain untuk pertanian, peternakan, perikanan, peralatan rumah tangga, konstruksi rumah sederhana, jembatan di pedesaan, sampai kerajinan tangan. Sementara itu pemanfaatan yang lebih modern antara lain untuk bahan baku kertas, tusuk gigi,tusuk sate, sumpit, bambu laminasi, papan partikel, dan arang.  Menurut hasil penelitian Iqbal dkk (2014) bambu dikenal sebagai hasil hutan bukan kayu yang pemanfaatannya sudah berlangsung lama dan sudah di gunakan turun temurun dari masa ke masa. Harga bambu juga relatif murah dibanding bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan bahkan juga di perkotaan.

Tanaman bambu di Desa Jrahi banyak ditemukan dipinggiran desa sepanjang aliran sungai. Tanaman ini merupakan tanaman lokal dan tanaman dari program bantuan pemerintah sejak tahun 2012 melalui program Kanan Kiri Sungai ( Ka-Ki Su ). Adapun jenis bambu dari program Ka-Ki Su adalah bambu petung sedangkan tanaman lokal adalah jenis bambun apus ( bambu tali ). Mayoritas pemanfaatan bambu di Desa Jrahi hanya sebatas kontruksi sederhana. dan pemanfaatan rebung bambu untuk sayur.

 

B.   MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan makalah ini salah satunya untuk memenuhi pengajuan angka kredit penyuluh kehutanan pada Cabang Dinas Kehutanan Wilayah II, dan untuk dijadikan referensi bagi masyarakat Desa Jrahi dan Kecamatan Gunungwungkal pada umumnya. Serta memberikan gambaran bagaimana pemanfaatn bambu di Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal sebagai upaya menuju desa Hayati

BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat sedikitnya 159 jenis bambu di Indonesia dan 88 diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia (Departemen Kehutanandan Perkebunan, 1999 dalam Sigit Prasetiyo, 2010). Bambu merupakan jenis rumput-rumputan yang beruas, tergolong dalam famili Poaceae, yang terdiri atas 70 genus. Bambu termasuk jenis tanaman yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60cm dalam sehari. Bambu adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki sifat-sifat yang menguntungkan yaitu batang yang kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk, mudah dikerjakan dan mudah diangkut. Selain itu, harga bambu relatif murah dibandingkan bahan lain karena sering ditemukan disekitarpemukiman khususnya di daerah pedesaan. Bambu menjadi tanaman serba guna bagi kebanyakan orang di Indonesia. Bambu memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan berupa batang yang kuat, serta kulit batang yang mudah dibentuk.Bambu banyak ditemukan di sekitarpemukiman daerah pedesaan, sehingga bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan. Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal yang memiliki potensi sumber daya alam bambu  yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bangunan, perabot rumah tangga dan lain-lain karena memiliki batang yang kuat dengan ruas-ruas yang pendek (Mulyadi,2010). Berdasarkan hasil observasi, di Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal merupakan salah satu Desa Di Kecamatan Gunungwungkal yang memiliki keanekaragaman jenis bambu yang cukup tinggi dan banyak ditemukan serta dimafaatkan dengan baik oleh masyarakat, terutama para masyarakat pengrajin bambu yang memanfaatkan jenis tumbuhan bambu sesuai keterampilan yang dimiliki dan dimanfaatkan secara tradisonal atau dengan cara kultur atau budaya sehari-hari untuk menghasilkan berbagai produk yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dipasarkan, sehinggadapat menambah pendapatan masyarakat. Kemampuan masyarakat untuk memilih dan memanfaatkan jenis tumbuhan bambu berdasarkan kebiasaan ini disebut dengan pengetahuan lokal. Pengetahuan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Yang berupa nilai, kepercayaan, adat istiadat dan aturan-aturan khusus. Pengetahuan lokal secara substansial merupakan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehar-hari. Nilai, kepercayaan, adat istiadat dan aturan-aturan khusus inilah yang juga dijadikan acuan oleh masyarakat Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal  untuk memanfaatkan bambu. Kearifan lokal dapat diartikan sebagai bentuk pemahaman atau pengetahuan dari suatu masyarakat terhadap cara menghadapi sistem yang berlaku di masyarakat, dan digunakan oleh masyarakat tersebut untuk berperilaku. Kearifan lokal yang begitu mengagumkan pada dasarnya tidak ada ilmu yang rendah atau tinggi, dan terwujud dengan ilmu tentang lingkungan yang disebut dengan etnoekologi. Masyarakat Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal sering mengambil bambu yang tumbuh tersebar di hutan dan lokasi perkebunan Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat bahwa eksploitasi bambu ini sdh sangat tinggi selain untuk konsumsi juga untuk pemanfaatan batang, kulit, cabang, daun dan rebung sebagai bahan makanan dan produk hiasan sehingga mempengaruhi keberadaannya di habitat. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui seberapa tinggi ketergantungan masyarakat terhadap bambu ini baik dari segifaktor kebutuhan pangan (subsistem) maupun faktor peningkatan pendapatan (komersial).

 BAB.  III.

 

RUMUSAN MASALAH DAN METODOLOGI

 

 

A.    RUMUSAN MASALAH

Penulis menyajikan  makalah ini sebatas pada pemanfaatan  bambu  di Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal. Pemanfaatan bambu yang ada di sepanjang aliran sungai Desa Jrahi  dan pengambilan data dilakukan oleh team Forum DAS Kawasan Muria dan oleh Mahasiswa Universitas Muria Kudus ( UMK )

Penulis juga membatasi makalah ini dengan metode deskriptif kualitatif

B.     METODOLOGI

 

Pengamatan ini dilaksanakan dengan menggunakan  metode deskriptifkualitatif melalui wawancara mendalam (indept survey) terhadap responden terpilih. Pemilihan responden menggunakan  teknik  snow ball sampling atau dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai sebelumnya,

demikian seterusnya (Poerwandi, 1998).Selain itu dilakukan pencatatan mengenai keterangan jenis – jenis bambu yang dimanfaatkan masyarakat setempat (responden). Dalam pengamatan ini penulis akan meminta rekomendasi calon  responden dari kepala desa,perangkat desa, ketua kelompok tani , , ibu – ibu dan lain – lain untuk mendapatkan informasi pemanfaatan bambu oleh masyarakat sebagai sumber data penulis. Pengamatan ini dilaksanakan di Desa Jrahi  Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati . Waktu penelitian ± 2 minggu efektif di lapangan mulai dari tanggal 12 September 2019 sampai dengan 26 September 2019 . Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut masih banyaknya rumpun bambu yang berpotensi sebagai sumber kebutuhan masyarakat.

 

 BAB.  IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.           HASIL

Desa Jrahi sebagai desa model memiliki kearifan lokal yang beragam, diantaranya adalah kekayaan alam, kekayan budaya, keanekaragaman agama dan sejarah desa yang sangat dihargai oleh masyarakatnya. Dalam menuju desa hayati hal uang perlu diperhatikan adalah karakteruistik masyarakatnya terutama petani sebagai obyek vitas di desa. Tidak dapat dipungkiri bahwa Desa Jrahi mayoritas penduduknya adalah petani, baik pemilik lahan , atau penggarap diwilayah kawasan hutan negara ( PERHUTANI ). Dari sekian banyak kelompok masyarakat yang terlibat team telah memilih Perkumpulan Tani Lestari Nglorah sebagai sasaran pengamatan. Walaupun dalam pengumpulan data ada beberapa kelompok tani yang dilibatkan dan beberapa kelompok aktifitas keagamaan dan kelompok pemuda yang terlibat. Pada dasarnya karena desa hayati adalah dalam lingkup desa maka seluruh elemen masyarakat yang ada di desa dan aparatur pemerintahan desa dilibatkan. Penulis pun telah ditunjuk oleh Forum DAS Kawasan Muria dan Cabang Cinas Kehutanan wilayah II sebagai pemangku wilayah penyuluhan. Tokoh tokoh Desa yang dilibatkan merupakan tetua desa yang tahu persis sejarah Desa Jrahi dan pelaku sendiri dalam kejadian luar biasa yang pernah terjadi. Dan beberapa perangkat desa merupakan anggota dan pengurus Kelompok Tani.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh delapan jenis bambu yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Jrahi  yang berasal dari 4 genus yaitu Bambusa, Dendocalamus, Schizotachyum dan Gigantochloa. Pemanfaatan lebih banyak pada anyaman dan konsumsi dan bagian yang banyak digunakan adalah batang dan tunas

Pemanfaatan Bambu Oleh Masyarakat Jrahi

Bambu  merupakan tumbuhan yang banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia diantaranya untuk membuat dapur (pawon), tempat untuk menjemur pakaian, pagar, bahan pengikat, koker/pot tanaman, alas untuk menjemur ikan hasil tangkapan dan pemenuhan kebutuhan bahan rumah tangga lainnya.  Di Desa Jrahi sendiri belum memanfaatkan bambu tersebut secara optimal,  kebanyakan  masyarakat   sebatas memanfaatkan bambu untuk lanjaran , pagar tanaman jagung, kacang dan padi tiang antena,  jemuran,  kandang peliharaan, ritual dan konsumsi ( rebung ).  Sampai saat ini belum ada masyarakat Desa Jrahi  yang memanfaatkan bambu  untuk dijadikan tambahan penghasilan seperti membuat tusuk gigi atau sumpit untuk dipasarkan atau dimanfaatkan sendiri, pada umumnya bambu sebatas digunakan untuk  upacara adat pernikahan  dan  kematian dan  ada pula masyarakat yang menggunakannya sebagai bahan untuk membuat tempat memasak atau pengganti periuk (panci masak) masyarakat Desa Jrahi menyebutnya Kukusan

Pemanfaatan bambu sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat Desa Jrahi belum banyak berubah,  hal ini terkait dengan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat yang masih sangat minim. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi dari 8 jenis bambu yang dimanfaatkan terdapat jenis bambu yang pemanfaatannya lebih dari 1 manfaat , antara lain :

1.      Bambu  Aur ( bambu apus ) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan seni kerajinan, konsumsi dan bahan penutup bidang luas ( gedek) atau anyaman bambu tipis.

2.      Bambu Buluh yang digunakan sebagai bahan seni ukiran , konsumsi ( rebung ) dan kebutuhan ritual pernikahan maupun kematian

3.      Bambu  Munti dimanfaatkan sebagai bahan  pangan (konsumsi) rebung, kesenian dan peralatan pertanian sebagai lanjaran dan tali hasil pertanian. Dalam perkembanganya saat ini digunakan untuk jeruji sangkar burung

Namun terdapat jenis bambu yang tidak dimanfaatkan yaitu bambu kuning dimana bambu ini tumbuh dan masyarakat tidak memanfaatkan untuk keperluan sehari hari seperti pada bambu lainnya.

B.       PEMBAHASAN

Pemanfaatan bambu secara tradisional masih terbatas sebagai bahan bangunan dan kebutuhan keluarga lainnya (alat rumah tangga, kerajinan, alat kesenian bahan makanan seperti rebung dll.). Pada umumnya jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang berdiameter besar dan berdinding tebal, jenis-jenis tersebut antara lain :

·         Bambu Petung / Betung ( Bambusa Dendrocalalamus ) dan

·         Bambu Apus  ( Bambusa Gigantochloa) ada juga yang menyebut Bambu Aur atau Bambu tali.

Keberadaan Tumbuhan Bambu di Desa Jrahi

Berdasarkan penuturan salah satu  responden selama berada di lapangan yang dilakukan kegiatan penanaman  bambu Masyarakat Desa Jrahi juga tidak begitu istimewa. Bahkan ada dari masyarakat yang hanya sekali tanam seumur hidup. Walaupun sebenarnya bambu dapat dikembangkan melalui biji, stek batang, stek cabang, stump dan melalui kultur jaringan. Sedangkan lokasi penanaman bambu tersebar tidak teratur. Kebanyakan berada di sekitar sungai dan lahan miring yang tidak produktif dan sebagian beraba dikawasan puncak bukit  Tanggulangsi Desa Jrahi.

 Untuk cara penamaman  masyarakat Desa Jrahi tidak memperhatikan teknis penanaman Bamu sehingga cara tanam seolah asal asalan. Sedangkan lubang tanam sebaiknya mengikuti arah kontur dan dibuat dengan jarak 40 x 40cm atau 50 x 50 cm sampai 100 x 100 cm dengan kedalaman 40-50 cm (Departemen Kehutanan Balai Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Wampu Sei Ular, 2004)  Namun kebanyakan masyarakat Desa Jrahi hanya menanam bambu melalui tunas dan juga stek batang dimana mereka menanam hanya dengan patokan dimana mereka  mau menanam di kebun ataupun dipekarangan rumah. Dari hasil wawancara dengan responden tidak ada kegiatan intensif yang dilakukan oleh masyarakat karena memang tanaman bambu sudah tumbuh liar sejak lama dan juga sangat subur.

Adapun kegiatan pembersihan lahan yang dilakukan hanya semata-mata untuk melihat anakan bambu tersebut. Yaitu dengan tujuan agar bisa mengambil anakan bambu untuk diolah menjadi sayuran seperti sayur rebung bambu yang diambil dari anakan bambu.

 

BAB.  V.

KESIMPULAN

 

Dalam upaya mensukseskan program desa hayati atau desa konservasi semua pihak telah melakukan usaha yang maksimal. Semua sektor yang diharapkan mampu memberikan dampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggotakelompok kususnya dan masyarakat Desa Jrahi pada umumnya. Beberapa upaya   peningkatan pendapatan masyarakat di Desa Jrahi dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain:

a.         Mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya

b.         Membentuk kelompok-kelompok kerja, dalam hal ini Kelompok Tani  sebagai penggerak dalam pelaksanaan budidaya

c.         Mendampingi dan meningkatkan ketrampilan  anggota dalam Budidaya yang mengacu pada konsep Good  Agriculture Practises (GAP)

d.         Melatih Mitra dalam pengolahan pasca panen sebagai produk yang benilai ekonomi tinggi

e.         Desa Jrahi menurut data yang disusun oleh penulis dapat dikategorikan sebagai  model desa hayati maupun  model desa konservasi, yang selanjutnya dapat direkomendasikan untuk dikembangkan oleh masing masing stekholder pada forum DAS Kawasan Muria.

 

 BAB. VI. PENUTUP

 

 

Penulis mengapresiasi sekali kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikanya penyusunan  karya ilmiah berupa makalah yang tidak di publikasikan  ini, kami berharap kepada semua pihak agar dapat memberi kontribusi tentang Desa Hayati atau Desa Konservasi. Terkhusus Desa Jrahi yang dijadikan Desa Model

Penulis merasa Makalah atau kajian ini masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik, saran  dan masukan yang bersifat membangun guna memperbaiki penulisan penulisan karya ilmiah yang akan datang. Penulisan tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak.Team Pengabdian kepada masyarakat secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya program desa hayati  ini . Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga sedikit tulisan  ini dapat bermanfaat bagi Team pelaksana, masyarakat mitra dan kepada para pembaca

DAFTAR PUSTAKA

 

Alfitri. 2006. Model Perhutanan Sosial Berbasis Par­tisipasi Masyarakat Pada Program Konser­vasi Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Indonesian Journal For Sustainable Fu­ture, 1 (2): 50-60

 

Bahruni, S., Darusman, D.E. & Alikodra, H.S. 2007. Pendekatan Sistem Dalam Pendugaan Nilai Ekonomi Total Ekosistem Hutan: Nilai Guna Hasil Hutan Kayu Dan Non Kayu. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 4 (3): 369–378

 Notoatmodjo, 2010.  Perilaku masyarakat sekitar hutan .

Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan.2010

 

Sribudiani, E. 2005. Tingkat Pemahaman Penduduk Sekitar Hutan di Kecamatan Sungai Apit Terh­adap Hutan dan Pengelolaan Kawasan Hutan. Jurnal Hutan Tropika. 1 (2): 60-70

 

Wahid, A. 2008. Dinamika Kelompok Tani Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Das Bila Walanae Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 3 (2): 111-234

 

Widjaja, E. A. dan Karsono. 2004.Keanekaragaman bambu di PulauSumba.

Jurnal Biodiversitas, 6(2): 95—99.

 

Iqbal, M. dkk. 2014. Nilai EkonomiTotal Sumberdaya Bambu DiKecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten. Jurnal MahasiswaFakultas Kehutanan IPB.

 

Yuliati. 2004. Indentifikasi Jenis BambuDi Desa Bengkawan KecamatanSeluas Kabupaten Bengkayang.

 

Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Andoko (2003),

Teknik budidaya bamboo penghasil rebung sebagai sumber pangan.sumatra utara. 17-22.

 

Jurnal Teknologi dan KejuruanPoerwandari, E. K. 1998. MetodePenelitian Sosial. Universitas

Terbuka: Jakarta.